Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 68/PUU-XII/2014 tentang Perkawinan Beda Agama dalam Perspektif Hak Asasi Manusia
Article Sidebar
Main Article Content
Abstract
The validity of marriage in Indonesia is considered to have religious overtones, religious elements that dominate the requirements for a valid marriage, so there is a degradation of the achievement of the unification goal of the Marriage Law which refers to the uniformity of holding marriages for every citizen. Pluralism in Indonesia with its diversity of ethnicities and nations is not actually an obstacle for a woman and a man in Indonesia to get married. The vulnerability to interfaith marriages is quite high due to the large number of religious diversity that is recognized by the constitution but interfaith marriages are marriages that are prohibited and not recognized by the Marriage Law in Indonesia. In the perspective of Human Rights (HAM) religious marriage is not prohibited and freedom is given to brides and grooms of different religions to be able to carry out the marriage (non-derogable rights). This research is a legal research (doctrinal research) with a conceptual approach (conceptual approach), the legal approach (statues approach), and the case approach (cases approach). The results of this study explain first, the Court, in the life of the nation and state based on Pancasila and the 1945 Constitution, religion is the basis and the state has an interest in matters of marriage, it cannot only be seen from a purely formal aspect, but must also be seen from a spiritual and social aspect. Religion determines the validity of marriage. Second, interfaith marriage is part of the universal right that every individual has to carry out marriages to brides of different religions and marriage is part of a right that cannot be limited and reduced by differences in religion.
Downloads
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Hak cipta :
Penulis yang mempublikasikan manuskripnya di jurnal ini menyetujui ketentuan berikut:
- Hak cipta pada setiap artikel adalah milik penulis.
- Penulis mengakui bahwa UNES Law Review berhak menjadi yang pertama menerbitkan dengan lisensi Creative Commons Attribution 4.0 International (Attribution 4.0 International CC BY 4.0) .
- Penulis dapat mengirimkan artikel secara terpisah, mengatur distribusi non-eksklusif manuskrip yang telah diterbitkan dalam jurnal ini ke versi lain (misalnya, dikirim ke repositori institusi penulis, publikasi ke dalam buku, dll.), dengan mengakui bahwa manuskrip telah diterbitkan pertama kali di Jurnal UNES Law Review.
References
Delfina Gusman dan Yunita Syofyan, 2022, “Hukum Dan Hak Asasi Manusia”. Rajawali Pers: Depok
Darren J. O’Byrne, 2004, “Human Rights: An Introduction, Singapore: First Indian Reprint, Pearson Education
Emerentia Nathawira dan Mia Hadiati, “Perkawinan Beda Agama Dilihat Dari Hukum Positif Indonesia Dan Asas-Asas Hukum Perdata International”. Jurnal Hukum Adigama. Vol.5. No.2. 2022
Enggar Wijayanto, “Konvergensi Politik Hukum, Hak Asasi Manusia Dan Pancasila Terhadap Perkawinan Beda Agama Di Indonesia”. Jurnal Hukum Dan HAM Wicarana. Vol.2. No.1. 2023
Emerentia Nathawira dan Mia Hadiati, “Perkawinan Beda Agama Dilihat Dari Hukum Positif Indonesia Dan Asas-Asas Hukum Perdata International”. Jurnal Hukum Adigama. Vol.5. No.2. 2022
Jamaluddin dan Nanda Amalia, “Hukum Perkawinan”.Unimal PRESS:Lhokseumawe
Istiqomah dan Nanda Chairunissa, 2021, “Perkawinan Beda Agama Ditinjau Dari Perspektif Hukum Islam Dan Hak Asasi Manusia”.Fakultas Hukum Universitas Bung Karno Jakarta
Made Widya Sekarbuana, dkk, “Perkawinan Beda Agama Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia Di Indonesia”.Jurnal Preferensi Hukum.Vol.2. No.1. 2021
Milati Fatma Sari dan Mulyadi Yunanto, “Analisis Putusan Judicial Review Mahkamah Konstitusi No. 68/PUU-XII/2014 Atas Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Beda Agama”. Diponegoro Law Journal. Vol.5 No.3.2016
Philip Alston dan Franz Magnis Suseno,2008, “Hukum Hak Asasi Manusia”.PUSHAM UII:Yogyakarta
Serlika Aprita dan Yonani Hasyim, 2020, “Hukum Dan Hak Asasi Manusia”. Mitra Wacana Media: Bogor
Sunarso, 2020, “Pendidikan Hak Asasi Manusia”.Indotama Solo: Surakarta.
Subekti dan Tjitrosubidio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek) dan UU No. 1 Tahun 1974, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2013)
Sudargo Gautama, “Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia, Badan Pembinaan Hukum Nasional - Binacipta, Bandung, 2012
Sindy Cantonia dan Ilyas Abdul Majid, “Tinjauan Yuridis Terhadap Perkawinan Beda Agama Di Indonesia Dalam Perspektif Undang-Undang Perkawinan Dan Hak Asasi Manusia”.Rewang Rencang: Jurnal Hukum Lex Generalis. Vol.2. No.6. 2021
Sri Wahyuni, “Perkawinan Beda Agama di Indonesia dan Hak Asasi Manusia”.E. Journal. Sunan Kalijaga, Yogyakarta
Umar Haris Sanjaya dan Aunur Rahim Faqih, “Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Asy-Syir’ah, Vol. 46(II), 452–476
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (HAM)