PEMAKSAAN KONSEP TRIAS POLITICA PADA KEDUDUKAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA
Main Article Content
Abstract
This article analyzes the coercion of trias politica on the KPK's position in the Indonesian constitutional system in Act Number 19-year 2019 concerning KPK, which the author limits to three issues: first, the background of KPK institution in Indonesia, secondly the position of KPK in Indonesia's constitutional system after the revision of the KPK’s Act, and third analysis the KPK's position. This research is normative legal research with statutory approach, conceptual approach, historical approach, and comparative approach. The results show that the background to the existence of the KPK in Indonesia is due to the inability of conventional institutions to resolve corruption, namely the Police and the Attorney General's Office which incidentally are part of the executive. The position of KPK in the state administration system in Indonesia after the revision of the KPK’s Act has been transformed into part of the trias politica concept, namely the executive branch. And the transition of the KPK's position in the state administration system in Indonesia to being part of the Executive clearly imposes the concept of trias politica which is outdated. KPK should remain an independent institution that can be aligned with the trias politica, as many other countries have done.
Downloads
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Hak cipta :
Penulis yang mempublikasikan manuskripnya di jurnal ini menyetujui ketentuan berikut:
- Hak cipta pada setiap artikel adalah milik penulis.
- Penulis mengakui bahwa UNES Law Review berhak menjadi yang pertama menerbitkan dengan lisensi Creative Commons Attribution 4.0 International (Attribution 4.0 International CC BY 4.0) .
- Penulis dapat mengirimkan artikel secara terpisah, mengatur distribusi non-eksklusif manuskrip yang telah diterbitkan dalam jurnal ini ke versi lain (misalnya, dikirim ke repositori institusi penulis, publikasi ke dalam buku, dll.), dengan mengakui bahwa manuskrip telah diterbitkan pertama kali di Jurnal UNES Law Review.
References
Agus Suntoro. (2020). Penyadapan Dan Eksistensi Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Vol. 17 (1); 26.
Ahmad Basarah. (2014). Kajian Teoritis Auxilary State Organ Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Jurnal MMH Vol 43 (1); 4.
Bruce Ackerman. (2000). The New Separation of Powers. Journal Harvard Law Review Vol. 113.
Cindy Skach. (2007). The “newest” Separation of Powers: Emipresidentialism, Journal ICON, Vol. 5 (1); 117-119.
Eka Nam Sihombing. (2018). Hukum Kelembagaan Negara, Yogyakrta: Ruas Media.
Ismail Aris. (2018). Kedudukan KPK Dalam Sistem Ketatanegaraan Dalam Perspektif Teori the New Separation of Power (kritik atas putusan mahkamah konstitusi no. 36/puu-xv/2017 dan no. 40/puu-xv/2017), Jurisprudentie Vol. 5 (1); 98-114.
I Gusti Ngurah Santika. (2020). Menelisik Akar Kegaduhan Bangsa Indonesia Pasca Disetujuinya Hasil Revisi UU KPK Dalam Perspektif Pancasila. Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial Vol. 6 (1); 26-36.
Jimly Ashiddiqie. (2006). Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, 2006.
Firmansyah Arifin. Lembaga Negara Dan Sengketa Kewenangan Antar Lembaga Negara, Konsorsium Reformasi Hukum Nasioanal bekerjasama dengan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jakarta.
Fitria, Eksistensi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai lembaga negara penunjang dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. (2012). Jurnal Nestro Megisster Hukum Vol. II (2); 3-6.
Kartika S. Wahyuningrum, Hari S. Disemadi dan Nyoman S. Putra Jaya. (2020). Independensi Komisi Pemberantasan Korupsi: Benarkah Ada. REFLEKSI HUKUM Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 4 (2); 239-258.
Mohamad Hidayat Muhtar. (2019). Model Politik Hukum Pemberantasan Korupsi di Indonesia Dalam Rangka Harmonisasi Lembaga Penegak Hukum, Jambura Law Review Vol 1 (1); 71.
Moh. Fadhil. (2019). Komisi Pemberantasan Korupsi. Politik Hukum Antikorupsi dan Delegitimasi Pemberantasan Korupsi. Jurnal Al-Ahkam Vol. 15 (2); 7-34.
Muhammad Akbar Hakiki. (2018). Kedudukan Kpk Dalam Struktur Ketatanegaraan Republik Indonesia Studi Putusan Mahkamah Konstitusi No 36/Puu-Xv/2017, Skripsi, Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Novianti. (2018). Implikasi Putusan MK Atas Penggunaan Hak Angket DPR Terhadap KPK, Info Singkat Vol. 10 (4); 4.
Novianti. (2018). Implikasi Putusan MK Atas Penggunaan Hak Angket DPR Terhadap KPK, Info Singkat Vol. 10 (4); 4.
Ulang Mangun Sosiawan. (2019). Peran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pencegahan Dan Pemberantasan Korupsi. Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 19 (4); 517-538.
Zainal Arifin Mochtar and Iwan Satriawan. (2008). Sistem Seleksi Komisioner State Auxiliary Bodies (Suatu Catatan Analisis Komparatif). Jurnal Konstitusi Vol. 1 (1); 86.
Denny Indrayana. (2016). Jangan bunuh KPK. Malang: Intrans Publishing.
Ni’matul Huda. (2007). Lembaga Negara dalam masa transisi Demokrasi. Jakarta: UII Press.
Soejono Abdurrahman. (2009). Metode Suatu Pemikiran dan Penerapannya. Jakarta: Rineka Cipta.
Suharsimi Arikuntoro. (2002). Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, Jakarta.
Uhar Suharsaputra. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan. Bandung: Refika Aditama.
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Undang-undang (UU) Nomor 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 36/PUU-XV/2017