Validity of Digital Signature Evidence as Valid Evidence in Civil Procedure Law
Main Article Content
Abstract
Indonesia is entering a globalization era that drives technological advancements and business activities towards greater efficiency, particularly in the form of e-commerce. The use of Digital Signatures in its development is starting to shift the dominance of conventional signatures in agreements typically made on paper. Based on civil procedural law systems, judges are bound by valid evidence, implying that judicial decisions are limited by the evidence regulated by the law (HIR/RGB). This study adopts a doctrinal approach, examining law based on legislative regulations and legal concepts, and utilizing various data sources such as primary, secondary, and tertiary legal documents. Data collection methods include legal literature, legislative regulations, scientific literature, and relevant internet information on the discussed topic. The research findings indicate that a digital signature is not a replica of a conventional signature scanned using a scanner, but rather utilizes cryptographic techniques. The principle of lex specialis derogat legi generali states that the use of digital signatures in Civil Procedural Law holds a legal equivalence to authentic deeds.
Downloads
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Hak cipta :
Penulis yang mempublikasikan manuskripnya di jurnal ini menyetujui ketentuan berikut:
- Hak cipta pada setiap artikel adalah milik penulis.
- Penulis mengakui bahwa UNES Law Review berhak menjadi yang pertama menerbitkan dengan lisensi Creative Commons Attribution 4.0 International (Attribution 4.0 International CC BY 4.0) .
- Penulis dapat mengirimkan artikel secara terpisah, mengatur distribusi non-eksklusif manuskrip yang telah diterbitkan dalam jurnal ini ke versi lain (misalnya, dikirim ke repositori institusi penulis, publikasi ke dalam buku, dll.), dengan mengakui bahwa manuskrip telah diterbitkan pertama kali di Jurnal UNES Law Review.
References
R. Subekti and R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), Cet. 37. Jakarta: Pradnya Paramita, 2006.
B. Ardwiansyah, “KEABSAHAN PENGGUNAAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK SEBAGAI ALAT BUKTI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK,” Lex Privatum , vol. 5, no. 7, 2017, Accessed: Apr. 25, 2024. [Online]. Available: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexprivatum/article/view/18232
D. S. Listyana, I. A. Wati, and Lisnawati, “Kekuatan Pembuktian Tanda Tangan Elektronik Sebagai Alat Bukti Yang Sah Dalam Perspektif Hukum Acara Di Indonesia Dan Belanda,” Verstek: Universitas Sebelas Maret, vol. 2, no. 2, pp. 146–154, 2014.
E. L. Fakhriah, Bukti Elektronik Dalam Sistem Pembuktian Perdata. Jakarta: PT. Refika Aditama, 2017.
Suratman and P. Dillah, Metode Penelitian Hukum. Bandung: Alfabeta, 2013.
S. Partodihardjo, Tanya Jawab Sekitar Undang-undang No. 11 Tahun 2008: Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009.
T. N. Cahyadi, “ASPEK HUKUM PEMANFAATAN DIGITAL SIGNATURE DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI, AKSES DAN KUALITAS FINTECH SYARIAH,” Jurnal Rechts Vinding: Media Pembinaan Hukum Nasional, vol. 9, no. 2, p. 219, Aug. 2020, doi: 10.33331/rechtsvinding.v9i2.424.
Wahana Komputer, Memahami Model Enkripsi dan Security Data. Yogyakarta: Andi, 2003.
A. M. Andalan, “Kedudukan Tanda Tangan Elektronik dalam Transaksi Teknologi Finansial,” Jurist-Diction, vol. 2, no. 6, p. 1931, Nov. 2019, doi: 10.20473/jd.v2i6.15921.